1. MATERIAL- MATERIAL PADA PELAKSANAAN JALAN RAYA
A. Tanah Dasar (Sub
Grade)
Tanah dasar ialah
jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah pengerasan jalan.
Kekuatan dan keawetan
pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya dukung tanah
dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru harus
diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan dijadikan
tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan
jalan. Lebih utama kalau
diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke
laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.
Jenis- jenis tanah:
- Tanah Liat Koloidal (Colloid)
Bentuk
butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir-
butirnya diselimuti oleh suatu selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal
terhadap air itu besar sekali.
- Tanah liat biasa (clay)
Bentuk
butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap
air itu tidak seberapa besar.
- Tanah lumpur (silt)
Bentuk
butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak kasar.
Besar butir- butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap air
itu kecil sekali.
- Pasir halus (fine sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar.
Besar butir- butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara
butir- butir pasir halus dan air.
- Pasir Kasar (Coarse sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar dan
tajam. Besar butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar
butir- butir pasir kasar dan air.
- Kerikil (gravel)
Bentuk
butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur dan ada
yang pipih. Besar butir- butirnya lebih dari 2 mm.
B. Agregat (Sub Base
Course dan Base Course)
Ditinjau dari asal kejadiannya agregat/
batuan dapat dibedakan :
- Batuan beku
Batuan
yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas, batuan beku
luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive
igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen
berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
Berdasarkan
cara pembentukannya batuan sedimen dapat ddibedakan atas:
·
Batuan
sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu pasir
dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
·
Batuan
sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara, opal.
·
Batuan
sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips dan
flint.
- Batuan metamorf
Berasal
dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk
akibat adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
Berdasarkan proses pengolahannya.
- Agregat alam
Agregat
yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit
proses pengolahan, dinamakan agregat alam.
Dua
bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil
adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah
agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm
(saringan no.200).
- Agregat yang melalui proses pengolahan
Digunung-
gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu gunung
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat
ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
·
Bentuk
partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
·
Permukaan
partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
·
Gradasi
sesuai yang diinginkan.
Proses
pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone)
sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan.
- Agregat buatan
Agregat
yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>
C. Aspal (Surface
Course)
Aspal
didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,pad temperature
ruang berbentuk padat sampai agak padat.jika dipanaskan sampai suatu
temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat
membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk
kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan
macadam ataupun peleburan.Jika temperature mulai turun,aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada rempatnya (sifat termoplastis).
Jenis Aspal:
Berdasarkan
cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :
1. Aspal alam,dapat dibedakan atas
- Aspal gunung (rock asphalt),contoh aspal dari pulau beton
- Aspal danau (lake asphalt) contoh aspal dari
Bermudez,Trinidad.
2. Aspal buatan
- Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
- Tar,merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum
digunakan untuk perkerasan jalan kara lebih cepat mengeras,peka terhadap
perubahan temperature dan beracun.
SIFAT ASPAL
Aspal
yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan
agregat dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat
dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
2. PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA
A. Uraian Teknis
Terutama
tentu kita akan mendapatkan gambar-gambar serta syarat-syarat dari pekerjaan
itu (spesifikasi) dan daerah yang akan diperkerjakan.
Langkah
utama untukk memulai pekerjaan ialah :
Survey
kembali,dalam hal ini untuk menentukan titik dasar/pedoman ketinggian dari
pekerjaan selanjutnya, setelah ditetapkan dassar ini,maka selanjutnya dapat
diteruskan membikin B.M (Benk Mark) dan titik lainya C (center line),dan
lain-lain.apabila telah selesai/deketahui hal-hal yang diperlukan yang
dilaksanakan surveyor/pengukuran baru dapat dimulai pekerjaan selanjutnya.
1. Pekerjaan Tanah (Earth work)
Dalam pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:
·
Galian-
cut
·
Timbunan-
fill
Ad.1 Galian- cut
Kalau
tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama- tama kita harus
bersihkan dari tumbuh- tumbuhan dan lapisan humusnya harus dibuang, tebal
lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm pekerjaan ini disebut juga Top Soil
Stripping. Dapat tidaknya tanah/ material galian ini dipakai untuk timbunan
akan dilakukan pengetesan oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu
boleh dapat dipakai untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis
Dario laboratorium.
Teknik penggalian:
Setiap
akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang air tidak
tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan menyulitkan kerja
dan selanjutnya akan mempengaruhi mutu/klasifikasi dari material.
Ad.2 Timbunan :fill-
embankment.
Materialnya:
Dapat
dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang juga
disebut Common excavation atau material atau bahan galian yang didatangkan dari
luuar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis tanah:
- Tanah- clay
- Tanah bercampur batu- rock clay
- Pasir + Batu (sirtu)- Granular material
- Batu – hasil dari pemecahan (memakai dynamit)-rock.
- Pasir – sand.
Pasir
dapat dipakai minimal 0,60 dibawah permukaan badan jalan.
Cara pelaksanaan :
Setelah
diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan serta siap segala persiapan
patok- patok dan lain- lain (pengukuran/ surveyor) maka dapat dikerjakan
pekerjaan sebagai berikut:
- Clearing & grubbing pekerjaan pemotongan pohon- pohon
besar/ kecil.
- Top Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan
atas, akar- akar kayu dan umumnya setebal 10-30 cm.
- Compaction of foundation of Embankment.
- Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
- Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling
test) baru diteruskan pekerjaan selanjutnya- penimbunan.
- Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer
setebal ± 20 cm dan didapatkan dibawah 1.00 dari sub-grade pengetesan(density
test dapat dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya cukup dengan test
proof rolling).
2. Sub-Base Course
Sesudah
lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi dan
kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih
dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang
dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut potongan melintang
(X – section) dan dengan jarak maksimum 25 meter menurut potongan memanjang
atau profil.
Cara pengamparan :
Setelah
selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/ ketebalannya maka
kita dapat mendatangkan material seb-base ini kelapangan. Patok- patok itu
dipasang harus cukup kuat, dan kita lindungi sekelilingnya dengan material
sub-base tersebut ± ø 30 cm.
Cara pemadatan:
Prinsip
pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi.
Setelah
kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita laksanakan
dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller).
Selanjutnya
dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan
sambil menyiram.
Untuk
menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah cukup
padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman). Sebelumnya
meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor) dan
kepadatan. Density Test oleh Soil Material Enginer/ Laboratorium.
Apabila
sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya) secara
tertulis baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3. Base Course
Seperti
yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya
sama saja. Yaitu:
- Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
- Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam
arah melintang 5 titik dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m)
sesuai dengan station X-section.
- Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan
setiap jarak tertentu volumenya yang diperlukan.
- Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut
pengalaman waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. :
tebal 15 cm padat, sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini
jangan lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya
basah. Menurut pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian
dalam ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
- Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang
diperlukan barulah kita apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata
kelihatannya baru kita padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem
Roller, dimana biasanya dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita
tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan
pakai Tire Roller sambil disiram.
Untuk
finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
- Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh
surveyor (Check level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer
(Density test) dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke
pekerjaan Prime-Coat.
4. Prime Coat
Sebagai
mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan, base
coursenya betul- betul sudah memenuhi syarat yang dikehendaki, baik
ketinggiannya dan kepadatannya.
Sesudah
itu kita harus menjaga hal seperti berikut ini :
Permukaan
harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk membersihkan adalah
kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom, atau power blower.
Pemakaian
alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada
permukaan base-course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja
sudah cukup, dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru dengan sapu dan
karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan kotoran dan material yang
terlepas harus dibuang.
Setelah
ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang dipersiapkan ialah
alat- alatnya (distributor kecil), dan alat penarik (Tire Roller) atau
distributor (besar), juga disebut distributor- car distributor. Tentu semua
alat ini telah diperiksa baik dan berjalan lancar.
Untuk
memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa kali
percobaan dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui sebelumnya.
Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang keluar, jarak nozel dengan
permukaan base-course menentukan ratanya disamping juga ikut menentukan volume
tersebut.
Untuk
pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah ada
patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium
(Soil Material Engineer) harus hadir untuk mengecek dilapangan (cara
timbangan). Sesudah selesai dengan sempurna, dengan menunggu kering lebih
dahulu baru pekerjaan selanjutnya/ asphalt concrete dilaksanakan.
Umumnya
sesudah ± 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat
dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya
lapisan dari prime coat tersebut.
5. Asphalt Concrete
Sebagaimana
yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan apabila
prime- coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Harus sudah kering.
b. Permukaan prime-coat itu bersih dari kotoran/ debu.
Apa yang kita
perlukan/ perhatikan?
a. Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan
dilaksanakan kita pakai form (bentuk atau mal)
Gunanya adalah :
a. Mendapatkan bentuk yang dikehendaki.
b. Yang lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt
concrete tidak lari/bergeser keluar daerah yang kita perlukan.
Apabila
area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi syarat
kita akan beralih pada alat- alatnya.
Tebal asphalt
concrete
Ini tergantung
perencanaan.
Pengamparan
tebalnya sebelum dipadatkan biasanya diampar ± 25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum
memulai pengamparan, finisher disetel/ diatur sedemikian rupa, supaya dapat
asphalt concrete yang kita perlukan.
Finisher
itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt
concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/ tidak
basah (yang mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi
syarat (spesifikasi)Ump. , dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Produksi
Asphalt Concrete) tentu aka nada penurunan/ perubahan panas. Dalam pengalaman
setiap jarak ditempuh ± 1 jam perjalanan penurunan panas adalah .
Pemadatan :
Sewaktu
penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat- tempat tertentu kurang rata,
maka perlu ditambah pengamparan cukup dengan tenaga manusia.
Memulai
pemadatan dilaksanakan telah cukup tersedia areanya dan panas- panas/ temperature
dari asphalt concrete sesudah dihampar.
Sewaktu
pemadatan roda roller harus disiram air secukupnya.
Cara pemadatan :
a. Apabila pertama ½ dari lebar jalan belum ada asphalt
concrete pemadatannya dilakukan secara berturut- turut sebagai berikut:
1) Pada sambungan melintang/ Transverse joints.
2) Dari pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
3) Dari bagian terendah kebagian tinggi sewaktu pemadatan
pertama.
4) Pemadatan kedua urutannya sama dengan pemadatan pertama.
5) Pemadatan terakhir pun sama dengan pertama dan kedua
urutannya.
b. Apabila dibagian lain (½ jalan) sudah ada asphalt
concretenya pemadatan dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pada sambungan melintang (transverse joints)
2) Pada sambungan memanjang (4 center line)
3) Dari pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
4) Dari bagian terendah kebahagiaan yang tinggi sewaktu
pemadatan pertama.
5) Pemandangan ke dua sama urutannya dengan pemadatan
pertama.
6) Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan
kedua urutannya.
6. T.B.S.T (Triple Bitominous Suface Treatment)
Sebagaimana
diuraikan diatas, lapisan pengerasannya sama dengan pekerjaan kalau kita pakai
asphalt concrete, hanya lapisan aus (pavement) yang berlainan.
Untuk pelaksanaannya
sebagai berikut:
a. Prime-coat :
Sesudah
base-course memenuhi syarat- syarat baik kepadatan dan kerataannya baru
pekerjaan Prime Coat(M.C. -1) dilaksanakan, dengan volume yang diperlukan,
dengan volume yang diperlukan Ump.: 0.6 kg/m2, setelah kering, yang
memerlukan waktu ± 24 jam, tetapi kalau udara baik/ panas dengan wakktu ± 5 jam
sudah cukup kering.
b. Bituminous R.C-2:
Setelah
prime-coat (M.C.-1) kering, lanjutkan dengan penyiraman asphalt (R.C.-2) lagi
dengan volume yang diperlukan Ump.:0,8 kg/m2.
c. Grading B.:
Selagi
R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu pecah (grading B)
dengan volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m2. Hasil amparan ini harus
marata.
Sesudah
merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem roller.
Pemadatan
cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat bahwa pemadatan itu
jangan sampai material hancur.
d. Bituminous R.C-2
Selesai
grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka disiramkan lagi asphalt (R.C-2)
dengan volume yang diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e. Grading E.:
Selagi
R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah (grading E) dengan volume yang
diperlukan Ump.:9 kg/m2 dan dipadatkan.
Bituminous
R.C-2 :
Sesudah
grading E dipadatkan dan rata disiram lagi asphalt dengan volume yang
diperlukan.
Pasir/Abu
Batu:
Terakhir
R.C-2 yang panas dihamparkan pasir dengan volume yang telah ditetapkan dan
dipadatkan, pemadatanya lebih baik pakai Tire-Roller.
tanks gan buat informasnyaa..
BalasHapus